SELAMAT DATANG DI JENDELA CAKRAWALA ILMU, MEMBUKA WAWASAN BERFIKIR TANPA MELUPAKAN SIAPA YANG MENCIPTAKAN KITAwaspbook



Minggu, 06 Desember 2009

TAHUN BARU dalam pandangan Syariat Islam

          Moment pergantian tahun begitu sangat dinantikan oleh setiap orang. 
Tak jarang diantara mereka yang menyambutnya dengan berpesta ria, meniup 
terompet didetik-detik terakhir pergantian tahun dan lain-lain. Seakan moment 
tahun baru merupakan moment istimewa yang tak boleh terlewatkan.
          Lalu, bagaimana pandangan menurut kaca mata syar’I dalam hal ini ? 
Benarkah tahun baru harus kita sambut dengan sepecial? Semisal saling 
mengucapkan ucapan selamat, lewat lisan atau tulisan yang kita tulis di kartu 
ucapan tahun baru. Sedemikian istimewakah makna tahun baru bagi umat manusia? 
Coba perhatikan pernyataan Al 
  Imam Ibnu Tammiyah radhiaallahu anhu. “ Adapun mengucapkan selamat terhadap 
syiar-syiar keagamaan orang-orang kafir yang khusus bagi mereka, maka hukumnya 
haram menurut kesepakatan para ulama, seperti mengucapkan selamat terhadap 
hari-hari besar mereka dan puasa mereka, seperti mengucapkan ‘ semoga hari 
besar ini diberkahi atau ucapan semisalnya dalam rangka hari besar tersebut…”
          Sedang Umar bin Khatab ra berkata, terkait dengan momentum tahun baru 
Masehi atau hari-hari besar lain yang merupakan hari-hari besar orang-orang 
Yahudi dan Nasrani. “ Janganlah kalian mengunjungi kaum Musyrikin di 
gereja-gereja ( rumah-rumah ibadah) mereka pada hari besar mereka, karena 
sesungguhnya kemurkaan Allah akan turun atas mereka” (HR. Al Baihaqi, no:18640)
  “ Hindarilah musuh-musuh Allah pada momentum hari-hari besar mereka” ( 
HR.Ibid. no:18641)
  Dari kedua hadist tersebut, jelaslah sudah kalau mengucapkan selamat atau 
ikut serta dalam merayakan hari-hari besar kaum musyrikin ( Tahun baru, Natal, 
Valentine,dll) hukumnya haram dilakukan oleh umat Islam. Karena moment tahun 
baru atau moment-moment lainnya merupakan pencampuradukan antara Al Haq dan 
kebathilan. Yang lebih banyak nilai mudharatnya, ketimbang sisi positifnya.
          Sebagai umat Islam tentunya kita harus konsekwen terhadap 
keyakinan/akidah yang kita anut, karena sesungguhnya merayakan moment tahun 
baru itu bukanlah budaya Islam, jadi janganlah sekali-kali terpengaruh dan 
mengadopsinya menjadi bagian dari budaya kaum muslimin. 
  “ Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu 
kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri 
mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” ( QS. Al-Baqarah:109)
  Coba perhatikan ayat tersebut ! Sesungguhnya, moment tahun baru itu salah 
satu tipu muslihat orang-orang musyirikin untuk menyesatkan kaum muslimin dari 
jalan kebenaran, jalan yang penuh dengan cahaya rahmat dan karunia-Nya. Karena 
sejatinya, kaum musyirikin itu mengetahui kalau agama Islam adalah agama yang 
rahmatan lil’alamin, sehingga hati mereka menjadi dengki dan berusaha 
mengembalikan keyakinan kaum muslimin pada kekafiran agar jauh dari cahaya 
Allah. 
          “ Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang kafir 
itu, niscaya mereka akan mengembalikanmu kebelakang ( Kepada kekafiran), lalu 
jadilah kamu orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imron:149) 
  Sahabatku, apakah kita mau menjadi orang-orang yang merugi? Tentunya, tak ada 
seorang pun diantara kita yang ingin menjadi orang yang merugi dan amal 
ibadahnya tertolak oleh Allah Swt. Kalau demikian, mari bersama-sama bersiaga 
dalam menghalau datangnya budaya kaum musyirikin yang mereka proklamirkan lewat 
liberalisme, modernitas dan premisivisme budaya. 
  Pada momentum tahun baru hendaknya kita isi dengan dzikir dan takhmid kepada 
Allah, karena ini jauh lebih baik ketimbang merayakannya dengan berpesta pora. 
Melakukan taffakur panjang, sangat dianjurkan sebagai bahan renungan dan cermin 
terhadap eksistensi kita dalam menjalankan dan menegakan syariat Islam selama 
satu tahun. Mencoba mengingat balik amalan ibadah yang telah kita lakukan 
selama ini, sudah baikkah kuantitas ibadah kita ? Berapa umur kita sekarang? 
Masihkah kita bisa menikmati kehidupan untuk satu tahun yang akan datang? 
Karena setiap waktu bergulir, maka jatah hidup kita pun berkurang. 
          Seperti perkataan Iman Soyfan Tsauri “ Sesungguhnya, aku sangat 
menginginkan satu tahun saja dari seluruh usiaku, seperti Ibnu Mubarak. Tapi 
aku tak mampu melakukannya, bahkan dalam tiga hari sekalipun.” (Nuzhatul 
Fudhala,2/655)
  Hidup didunia hanya selayang pandang, ia begitu singkat…sesingkat kilat. 
Sehingga kita harus memanfaatkan waktu yang ada dengan sefisien mungkin untuk 
beribadah, karena itulah hakikat hidup manusia didunia. Untuk melakukan amal 
sholeh dan beribadah kepada Allah Swt. 
  Bahkan Rasulullah pun bersabda terkait dengan umur manusia. “ Umur umatku 
antara 60 sampai 70 tahun” (HR. Turmudzi).
          Jadi, mari kita bersama-sama memanfaatkan waktu yang tersisa dan 
meningkatkan kuantitas ibadah kita kepada Allah Swt. Menjadikan momentum tahun 
baru untuk mengingat mati. Bayangkan…renungkan! Bekal apa yang sudah kita 
persiapkan untuk kehidupan diakhirat nanti. Apakah kita akan dimasukan kedalam 
golongan yang menempati Surga-Nya, sudah cukupkah bekal kita ? 
  Sahabatku, selagi masih ada waktu mari kita berbenah diri sebelum semuanya 
menjadi terlambat. (Kiku)
          

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Tidak ada komentar: