SELAMAT DATANG DI JENDELA CAKRAWALA ILMU, MEMBUKA WAWASAN BERFIKIR TANPA MELUPAKAN SIAPA YANG MENCIPTAKAN KITAwaspbook



Minggu, 08 November 2009

" Wasiat Syekh Abdul Qadir Jailani rah.a " Posted by owner Labels: Waliyullah Futhuuhul Ghaib (Penyingkap Kegaiban) Mutiara Karya Syeikh Abdul Qadir Jailani "...(wacana-wacana ini) diilhamkan kepadaku dari khazanah dunia ghaib.."

RISALAH KE-1 SAMPAI DENGAN KE-10
Risalah ke satu

Ia bertutur: Tiga hal mutlak bagi seorang Mukmin, dalam segala keadaan, yaitu: (1
) harus menjaga perintah-perintah Allah, (2) harus menghindar dari segala yang
haram, (3) harus ridha dengan takdir Yang Maha Kuasa. Jadi seorang Mukmin,
paling tidak, memiliki tiga hal ini. Berarti, ia harus memutuskan untuk ini, dan
berbicara dengan diri sendiri tentang hal ini serta mengikat organ-organ
tubuhnya dengan ini.

Risalah ke dua

Ia bertutur : Ikutilah (Sunnah Rasul) dengan penuh keimanan, jangan membuat
bid'ah, patuhilah selalu kepada Allah dan Rasul-Nya, jangan melanggar; junjung
tinggilah tauhid dan jangan menyekutukan Dia; sucikanlah Dia senantiasa dan
jangan menisbatkan sesuatu keburukan pun kepada-Nya. Pertahankan
Kebenaran-Nya dan jangan ragu sedikit pun. Bersabarlah selalu dan jangan
menunjukkan ketidaksabaran. Beristiqomahlah; berharaplah kepada-Nya, jangan
kesal, tetapi bersabarlah. Bekerjasamalah dalam ketaatan dan jangan berpecah-
belah. Saling mencintailah dan jangan saling mendendam. Jauhilah kejahatan
dan jangan ternoda olehnya. Percantiklah dirimu dengan ketaatan kepada
Tuhanmu; jangan menjauh dari pintu-pintu Tuhanmu; jangan berpaling dari-Nya.
Segeralah bertaubat dan kembali kepada-Nya. Jangan merasa jemu dalam
memohon ampunan kepada Khaliqmu, baik siang maupun malam; (jika kamu
berlaku begini) niscaya rahmat dinampakkan kepadamu, maka kamu bahagia,
terjauhkan dari api neraka dan hidup bahagia di surga, bertemu Allah, menikmati
rahmat-Nya, bersama-sama bidadari di surga dan tinggal di dalamnya untuk
selamanya; mengendarai kuda-kuda putih, bersuka ria dengan hurhur bermata
putih dan aneka aroma, dan melodi-melodi hamba-hamba sahaya wanita,
dengan karunia-karunia lainnya; termuliakan bersama para nabi, para shiddiq,
para syahid, dan para shaleh di surga yang tinggi.

Risalah ke tiga

Ia bertutur: Apabila seorang hamba Allah mengalami kesulitan hidup, maka
pertama-tama ia mencoba mengatasinya dengan upayanya sendiri. Bila gagal ia
mencari pertolongan kepada sesamanya, khususnya kepada raja, penguasa,
hartawan; atau bila dia sakit, kepada dokter. Bila hal ini pun gagal, maka ia
berpaling kepada Khaliqnya, Tuhan Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan
berdo'a kepada-Nya dengan kerendah-hatian dan pujian. Bila ia mampu
mengatasinya sendiri, maka ia takkan berpaling kepada sesamanya, demikian
pula bila ia berhasil karena sesamanya, maka ia takkan berpaling kepada sang
Khaliq.

Kemudian bila tak juga memperoleh pertolongan dari Allah, maka
dipasrahkannya dirinya kepada Allah, dan terus demikian, mengemis, berdo'a
merendah diri, memuji, memohon dengan harap-harap cemas. Namun, Allah
Yang Maha Besar dan Maha Kuasa membiarkan ia letih dalam berdo'a dan tak
mengabulkannya, hingga ia sedemikian terkecewakan terhadap segala sarana
duniawi. Maka kehendak-Nya mewujud melaluinya, dan hamba Allah ini berlalu
dari segala sarana duniawi, segala aktivitas dan upaya duniawi, dan bertumpu
pada ruhaninya.

Pada peringkat ini, tiada terlihat olehnya, selain kehendak Allah Yang Maha Besar
lagi Maha Kuasa, dan sampailah dia tentang Keesaan Allah, pada peringkat
haqqul yaqin (* tingkat keyakinan tertinggi yang diperoleh setelah menyaksikan
dengan mata kepala dan mata hati). Bahwa pada hakikatnya, tiada yang
melakukan segala sesuatu kecuali Allah; tak ada penggerak tak pula penghenti,
selain Dia; tak ada kebaikan, kejahatan, tak pula kerugian dan keuntungan, tiada
faedah, tiada memberi tiada pula menahan, tiada awal, tiada akhir, tak ada
kehidupan dan kematian, tiada kemuliaandan kehinaan, tak ada kelimpahan dan
kemiskinan, kecuali karena ALLAH.

Maka di hadapan Allah, ia bagai bayi di tangan perawat, bagai mayat dimandikan,
dan bagai bola di tongkat pemain polo, berputar dan bergulir dari keadaan ke
keadaan, dan ia merasa tak berdaya. Dengan demikian, ia lepas dari dirinya
sendiri, dan melebur dalam kehendak Allah. Maka tak dilihatnya kecuali
Tuhannya dan kehendak-Nya, tak didengar dan tak dipahaminya, kecuali Ia. Jika
melihat sesuatu, maka sesuatu itu adalah kehendak-Nya; bila ia mendengar atau
mengetahui sesuatu, maka ia mendengar firman-Nya, dan mengetahui lewat
ilmu-Nya. Maka terkaruniailah dia dengan karunia-Nya, dan beruntung lewat
kedekatan dengan-Nya, dan melalui kedekatan ini, ia menjadi mulia, ridha,
bahagia, dan puas dengan janji-Nya, dan bertumpu pada firman-Nya. Ia merasa
enggan dan menolak segala selain Allah, ia rindu dan senantiasa mengingat-Nya;
makin mantaplah keyakinannya pada-Nya, Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa. Ia
bertumpu pada-Nya, memperoleh petunjuk dari-Nya, berbusana nur ilmu-Nya,
dan termuliakan oleh ilmu-Nya. Yang didengar dan diingatnya adalah dari-Nya.
Maka segala syukur, puji, dan sembah tertuju kepada-Nya.

Risalah ke empat

Ia bertutur: Bila kamu abaikan ciptaan, maka: "Semoga Allah merahmatimu,"
Allah melepaskanmu dari kedirian, "Semoga Allah merahmatimu," Ia mematikan
kehendakmu; "Semoga Allah merahmatimu," maka Allah mendapatkanmu dalam
kehidupan (baru).

Kini kau terkaruniai kehidupan abadi; diperkaya dengan kekayaan abadi;
dikaruniai kemudahan dan kebahagiaan nan abadi, dirahmati,dilimpahi ilmu
yang tak kenal kejahilan; dilindungi dari ketakutan; dimuliakan, hingga tak
terhina lagi; senantiasa terdekatkan kepada Allah, senantiasa termuliakan;
senantiasa tersucikan; maka menjadilah kau pemenuh segala harapan, dan ibaan
pinta orang mewujud pada dirimu; hingga kau sedemikian termuliakan, unik,
dan tiada tara; tersembunyi dan terahasiakan.

Maka, kau menjadi pengganti para Rasul, para Nabi dan para shiddiq. Kaulah
puncak wilayat, dan para wali yang masih hidup akan mengerumunimu. Segala
kesulitan terpecahkan melaluimu, dan sawah ladang terpaneni melalui do'amu;
dan sirnalah melalui do'amu, segala petaka yang menimpa orang-orang di desa
terpencil pun, para penguasa dan yang dikuasai, para pemimpin dan para
pengikut, dan semua ciptaan. Dengan demikian kau menjadi agen polisi (kalau
boleh disebut begitu) bagi kota-kota dan masyarakat.

Orang-orang bergegas-gegas mendatangimu, membawa bingkisan dan hadiah,
dan mengabdi kepadamu, dalam segala kehidupan, dengan izin sang Pencipta
segalanya. Lidah mereka senantiasa sibuk dengan doa dan syukur bagimu, di
manapun mereka berada. Tiada dua orang Mukmin berselisih tentangmu. Duhai,
yang terbaik di antara penghuni bumi, inilah rahmat Allah, dan Allahlah Pemilik
segala rahmat.

Risalah kelima

Ia bertutur: Bila kau melihat dunia ini, berada di tangan mereka, dengan segala
hiasan, dan tipuannya, dengan segala bisa mematikannya, yang tampak lembut
sentuhannya, padahal, sebenarnya mematikan bagi yang menyentuhnya,
mengecoh mereka, dan membuat mereka mengabaikan kemudharatan tipu
daya dan janji-janji palsunya - bila kau lihat semua ini - berlakulah bagai orang
yang melihat seseorang menuruti nalurinya, menonjolkan diri, dan karenanya,
mengeluarkan bau busuk. Bila (dalam situasi semacam itu) kau enggan
memperhatikan kebusukannya, dan menutup hidung dari bau busuk itu, begitu
pula kau berlaku terhadap dunia; bila kau melihatnya, palingkan penglihatanmu
dari segala kepalsuan, dan tutuplah hidungmu dari kebusukan hawa nafsu, agar
kau aman darinya dan segala tipu-dayanya, sedang bagianmu menghampirimu
segera, dan kau menikmatinya. Allah telah berfirman kepada Nabi pilihan-Nya:
"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan
kepada beberapa golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk
Kami uji mereka dengannya, dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal."
(QS.20 -Thaaha :131).

Risalah keenam

Ia bertutur: Lenyaplah dari (pandangan) manusia, dengan perintah Allah, dan
dari kedirian, dengan perintah-Nya, hingga kau menjadi bahtera ilmu-Nya.
Lenyapnya diri dari manusia, ditandai oleh pemutusan diri sepenuhnya dari
mereka, dan pembebasan jiwa dari segala harapan mereka. Tanda lenyapnya diri
dari segala nafsu ialah, membuang segala upaya memperoleh sarana-sarana
duniawi dan berhubungan dengan mereka demi sesuatu manfaat,
menghindarkan kemudharatan; dan tak bergerak demi kepentingan pribadi, dan
tak bergantung pada diri sendiri dalam hal-hal yang berkenaan dengan dirimu,
tak melindungi atau membantu diri, tetapi memasrahkan semuanya hanya
kepada Allah, karena Ia pemilik segalanya sejak awal hingga akhirnya;
sebagaimana kuasaNya, ketika kau masih disusui.

Hilangnya kemauanmu dengan kehendakNya, ditandai dengan katak-pernahan
menentukan diri, ketakbertujuan, ketakbutuhan, karena tak satu tujuan pun
termiliki, kecuali satu, yaitu Allah. Maka, kehendak Allah mewujud dalam dirimu,
sehingga kala kehendakNya beraksi, maka pasiflah organ-organ tubuh, hati pun
tenang, pikiran pun cerah, berserilah wajah dan ruhanimu, dan kau atasi
kebutuhan-kebutuhan bendawi berkat berhubungan dengan Pencipta
segalanya. Tangan Kekuasaan senantiasa menggerakkanmu, lidah Keabadian
selalu menyeru namamu, Tuhan Semesta alam mengajarmu, dan
membusanaimu dengan nurNya dan busana ruhani, dan mendapatkanmu sejajar
dengan para ahli hikmah yang telah mendahuluimu.

Sesudah ini, kau selalu berhasil menaklukkan diri, hingga tiada lagi pada dirimu
kedirian, bagai sebuah bejana yang hancur lebur, yang bersih dari air, atau
larutan. Dan kau terjauhkan dari segala gerak manusiawi, hingga ruhanimu
menolak segala sesuatu, kecuali kehendak Allah. Pada maqam ini, keajaiban dan
adialami akan ternisbahkan kepadamu. Hal-hal ini tampak seolah-olah darimu,
padahal sebenarnya dari Allah.

Maka kau diakui sebagai orang yang hatinya telah tertundukkan, dan kediriannya
telah musnah, maka kau diilhami oleh kehendak Ilahi dan dambaan-dambaan
baru dalam kemaujudan sehari-hari. Mengenai maqam ini, Nabi Suci saw, telah
bersabda: "Tiga hal yang kusenangi dari dunia - wewangian, wanita dan shalat -
yang pada mereka tersejukkan mataku." Sungguh, hal-hal dinisbahkan
kepadanya, setelah hal-hal itu sirna darinya, sebagaimana telah kami isyaratkan.
Allah berfirman: "Aku bersama orang-orang yang patah hati demi Aku."

Allah Yang Maha Tinggi takkan besertamu, sampai kedirianmu sirna. Dan bila
kedirianmu telah sirna, dan kau abaikan segala sesuatu, kecuali Dia, maka Allah
menyegarbugarkan kamu, dan memberimu kekuatan baru, yang dengan itu, kau
berkehendak. Bila di dalam dirimu masih juga terdapat noda terkecil pun, maka
Allah meremukkanmu lagi, hingga kau senantiasa patah-hati. Dengan cara begini
Ia terus menciptakan kemauan baru di dalam dirimu, dan bila kedirian masih
maujud, maka Dia hancurkan lagi, sampai akhir hayat dan bertemu (liqa) dengan
Tuhan. Inilah makna firman Allah: " Aku bersama orang-orang yang putus asa
demi Aku, " Dan makna kata: "Kedirian masih maujud" ialah kemasihkukuhan dan
kemasih puasan dengan keinginan-keinginan barumu. Dalam sebuah hadits
qudsi, Allah berfirman kepada Nabi Suci saw: "Hamba-Ku yang beriman
senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku, dengan mengerjakan shalat-shalat
sunnah yang diutamakan, sehingga Aku mencintainya, dan apabila Aku telah
mencintainya, maka Aku menjadi telinganya, dengannya ia mendengar, dan
menjadi matanya, dengannya ia melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia
bekerja, dan menjadi kakinya, dengannya ia berjalan." Tak dir agukan lagi,
beginilah keadaan fana.

Maka Dia menyelamatkanmu dari kejahatan makhluq-Nya, dan
menenggelamkanmu ke dalam samudra kebaikanNya; sehingga kau menjadi
pusat kebaikan, sumber rahmat, kebahagiaan, kenikmatan, kecerahan,
kedamaian, dan kesentosaan. Maka fana (penafian diri) menjadi tujuan akhir, dan
sekaigus dasar perjalanan para wali. Para wali terdahulu, dari berbagai maqam,
senantiasa beralih, hingga akhir hayat mereka, dari kehendak pribadi kepada
kehendak Allah. Karena itulah mereka disebut badal (sebuah kata yang
diturunkan dari badala, yang berarti: berubah). Bagi pribadi-pribadi ini,
menggabungkan kehendak pribadi dengan kehendak Allah, adalah suatu dosa.

Bila mereka lalai, terbawa oleh tipuan perasaan dan ketakutan, maka Allah Yang
Maha Besar menolong mereka dengan kasih sayangNya, dengan mengingatkan
mereka sehingga mereka sadar dan berlindung kepada Tuhan, karena tak satu
pun mutlak bersih dari dosa kehendak, kecuali para malaikat. Para malaikat
senantiasa suci dalam kehendak, para Nabi senantiasa terbebas dari kedirian,
sedang para jin dan manusia yang dibebani pertanggung jawaban moral, tak
terlindungi. Tentu, para wali terlindung dari kedirian, dan para badal dari
kekotoran kehendak. Kendati mereka tak bisa dianggap terbebas dari dua
keburukan ini, karena mungkin bagi mereka berkecenderung kepada dua
kelemahan ini, tapi Allah melimpahi rahmatNya dan menyadarkan mereka.

Risalah ketujuh

Ia bertutur: Keluarlah dari kedirian, jauhilah dia, dan pasarahkanlah segala
sesuatu kepada Allah, jadilah penjaga pintu hatimu, patuhilah senantiasa
perintah-perintah-Nya, hormatilah larangan-larangan-Nya, dengan menjauhkan
segala yang diharamkan-Nya. Jangan biarkan kedirianmu masuk ke dalam
hatimu, setelah keterbuanganmu. Mengusir kedirian dari hati, haruslah disertai
pertahanan terhadapnya, dan menolak pematuhan kepadanya dalam segala
keadaan. Mengizinkan ia masuk ke dalam hati, berarti rela mengabdi kepadanya,
dan berintim dengannya. Maka, jangan menghendaki segala yang bukan
kehendak Allah. Segala kehendak yang bukan kehendak Allah, adalah kedirian,
yang adalah rimba kejahilan, dan hal itu membinasakanmu, dan penyebab
keterasingan dari-Nya. Karena itu, jagalah perintah Allah, jauhilah larangan-Nya,
berpasrahlah selalu kepada-Nya dalam segala yang telah ditetapkan-Nya, dan
jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun. Jangan berkehendak diri, agar tak
tergolong orang-orang musyrik. Allah berfirman: "Barang siapa mengharap
penjumpaan (liqa) dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan amal saleh
dan tidak menyekutukanNya." (QS 18.Al Kahfi: 110)

Kesyirikan tak hanya penyembahan berhala. Pemanjaan nafsu jasmani, dan
menyamakan segala yang ada di dunia dan akhirat dengan Allah, juga syirik.
Sebab selain Allah adalah bukan Tuhan. Bila kau tenggelamkan dalam sesuatu
selain Allah berarti kau menyekutukan-Nya. Oleh sebab itu, waspadalah, jangan
terlena. Maka dengan menyendiri, akan diperoleh keamanan. Jangan
menganggap dan mengklaim segala kemaujudan atau maqam-mu, berkat kau
sendiri. Maka, bila kau berkedudukan, atau dalam keadaan tertentu, jangan
membicarakan hal itu kepada orang lain. Sebab dalam perubahan nasib yang
terjadi dari hari ke hari, keagungan Allah mewujud, dan Allah mengantarai
hamba-hambaNya dan hati-hati mereka. Bisa-bisa yang kau percakapkan, sirna
darimu, dan yang kau anggap abadi, berubah, hingga kau termalukan di hadapan
yang kau ajak bicara. Simpanlah pengetahuan ini dalam lubuk hatimu, dan
jangan perbincangkakn dengan orang lain. Maka jika hal itu terus maujud, maka
hal itu akan membawa kemajuan dalam pengetahuan, nur, kesadaran dan
pandangan. Allah berfirman: "Segala yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan
terlupakan, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya, atau yang sepertinya.
Tidakkah kamu ketahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS 2.Al
Baqarah: 106)

Jangan menganggap Allah tak berdaya dalam sesuatu hal, jangan menganggap
ketetan-Nya tak sempurna, dan jangan sedikit pun ragu akan janji-Nya. Dalam hal
ini ada sebuah contoh luhur dalam Nabi Allah. Ayat-ayat dan surah-surah yang
diturunkan kepadanya, dan yang dipraktekkan, dikumandangkan di masjid-
masjid, dan termaktub di dalam kitab-kitab. Mengenai hikmah dan keadaan
ruhani yang dimilikinya, ia sering mengatakan bahwa hatinya sering tertutup
awan, dan ia berlindung kepada Allah tujuh puluh kali sehari. Diriwayatkan pula,
bahwa dalam sehari ia dibawa dari satu hal ke hal lain sebanyak seratus kali,
sampai ia berada pada maqam tertinggi dalam kedekatan dengan Allah. Ia
diperintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah, karena sebaik-baik
seorang hamba yaitu berlindung dan berpaling kepada Allah. Karena, dengan
begini, ada pengakuan akan dosa dan kesalahannya, dan inilah dua macam mutu
yang terdapat pada seorang hamba, dalam segala keadaan kehidupan, dan yang
dimilikinya sebagai pusaka dari Adam as., 'bapak' manusia, dan pilihan Allah.

Berkatalah Adam a.s.: "Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan jika Engkau tak mengampuni kami, dan merahmati kami, niscaya
kami akan termasuk orang-orang yang merugi." (QS. 7.Al-A'raaf: 23). Maka
turunlah kepadanya cahaya petunjuk dan pengetahuan tentang taubat, akibat
dan tentang hikmah di balik peristiwa ini, yang takkan terungkap tanpa ini; lalu
Allah berpaling kepada mereka dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka
bisa bertaubat.

Dan Allah mengembalikannya ke hal semua, dan beradalah ia pada peringkat
wilayat yang lebih tinggi, dan ia dikaruniai maqam di dunia dan akhirat. Maka
menjadilah dunia ini tempat kehidupannya dan keturunannya, sedang akhirat
sebagai tempat kembali dan tempat peristirahatan abadi mereka. Maka, ikutilah
Nabi Muhammad Saw., kekasih dan pilihan Allah, dan nenek moyangnya, Adam,
pilihan-Nya - keduanya adalah kekasih Allah - dalam hal mengakui kesalahan dan
berlindung kepada-Nya dari dosa-dosa, dan dalam hal bertawadhu' dalam segala
keadaan kehidupan.

Risalah kedelapan

Ia bertutur: Bila kau berada dalam hal tertentu, jangan mengharapkan hal yang
lain, baik yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah. Jadi bila kau berada di
pintu gerbang istana Raja, jangan berkeinginan untuk masuk ke istana itu,
kecuali terpaksa. Yang dimaksud dengan terpaksa ialah diperintah terus-
menerus. Dan jangan menganggapnya sebagai izin masuk, karena mungkin saja
Raja menjebakmu. Tapi, bersabarlah, sampai kau benar-benar dipaksa
memasukinya oleh sang Raja. Dengan demikian, sang Raja takkan
menghukummu, karena Dia sendiri menghendakinya. Jika kau toh dihukum,
tentu disebabkan oleh keburukan kehendak, kerakusan, ketaksabaran,
kekurangajaran, dan keinginanmu untuk berpuas dengan keadaan
kehidupanmu. Bila kau harus masuk ke dalamnya karena terpaksa, masuklah
dengan penuh ketenangan dan ketundukan pandangan, bersikaplah yang layak
dan indahkanlah semua perintah-Nya dengan sepenuh jiwa tanpa
mengharapkan kemajuan dalam tingkat kehidupan. Allah berfirman kepada
Rasul pilihan-Nya : "Dan janganlah engkau tujukan kedua matamu kepada yang
telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka sebagai hiasan
hidup, untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik
dan abadi." (QS 20. Thaahaa: 131)

Dengan firman-Nya: "Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan abadi". Allah
memperingatkan Nabi pilihan-Nya, agar menghargai hal yang ada, dan
mensyukuri karunia-karunia-Nya. Dengan kata lain, perintah ini adalah sebagai
berikut: "Segala yang telah Aku karuniakan kepadamu - kebaikan, kenabian,
ilmu, keridhaan, kesabaran, kerajaan agama, dan jihad di jalanKu - lebih baik dan
lebih berharga ketimbang semua yang Kuberikan kepada yang lain." Jadi, segala
kebaikan terletak pada menghargai dan mensyukuri keadaan yang ada, dan
menghindarkan selainnya, karena hal semacam itu merupakan cobaan dari-Nya.
Jadi bila sesuatu telah ditentukan-Nya bagimu, tentu sesuatu itu akan datang
kepadamu, suka atau tidak suka. Karenanya, sungguh tak patut, bila
kekuranglayakan dan kerakusan terwujud padamu, kedua-duanya tertolak oleh
akal dan ilmu. Dan jika sesuatu itu ditakdirkan-Nya bagi orang lain, mengapa kau
bersusah payah meraih sesuatu yang tak bisa kau raih? Dan jika sesuatu tak
diturunkan-Nya kepada siapapun, hanya sebagai cobaan, mana mungkin seorang
arif menyukainya dan berupaya keras meraih itu? Terbuktilah, bahwa seluruh
kebaikan dan keselamatan terletak pada menghargai keadaan yang ada. Maka,
bila kau dinaikkan ke tingkat atas, sampai ke atap istana, maka kau sebagaimana
telah kami nyatakan, mesti sadar diri, tenang, dan baik-laku. Kau mesti berbuat
lebih dari ini, sebab kau kini lebih dekat kepada sang Raja, dan lebih dekat
kepada marabahaya.

Maka, jangan menginginkan perubahan keadaan yang ada padamu. Nah, kau tak
punya pilihan dalam masalah ini, sebab hal itu mendorong ketakbersyukuran
atas rahmat-rahmat yang ada, dan cita semacam ini menjadikan terhina, baik di
dunia maupun di akhirat. Maka berlakulah sebagamana yang telah kami
nasihatkan kepadamu, sampai kau dikarunia oleh Allah maqam yang teguh, dan
takkan tergoyahkan dengan segala tanda dan isyaratnya. Karena itu,
tambatkanlah padanya dan jangan biarkan dirimu lepas darinya. (Keadaan
perubahan ruhani) adalah milik para wali, sedang maqam (peringkat ruhani)
adalah milik para badal.

Risalah kesembilan

Ia bertutur:

KehendakNya terwujud, secara kasyf (penglihatan ruhani) dan musyahida
(pengalaman-pengalama ruhani), pada para wali dan badal, yang tak terjangkau
nalar manusia dan kebiasaan. Perwujudan ini terbentuk: jalal (keagungan), dan
jamal (keindahan). Jalal menghasilkan kegelisahan, pemahaman yang
menggundahkan, dan sedemikian menguasai hati, sehingga gejala-gejalanya
tampak pada jasmani. Diriwayatkan bila Rasulullah shalat, dari hatinya terdengar
gemuruh, bak air mendidih di dalam ketel, karena intensitas ketakutan yang
timbul dari penglihatan beliau akan Kekuasaan dan KebesaranNya. Diriwayatkan
bahwa pilihan Allah, Nabi Ibrahim as dan Umar sang Khalifah ra, juga mengalami
keadaan yang serupa.

Mengalami perwujudan keindahan Ilahi merupakan refleksiNya pada hati
manusia yang mewujudkan nur, keagungan, kata-kata manis, ucapan penuh
kasih-sayang, dan kegembiraan atas kelimpahan keruniaNya, maqam yang tinggi,
dan keakraban denganNya -- yang kepadaNya segala urusan mereka kembali --
dan atas takdir yang telah ditetapkanNya jauh di masa lampau. Inilah karunia dan
rahmatNya, dan pengukuhan atas mereka di dunia ini, sampai waktu tertentu. Ini
dilakukan agar mereka tak melampaui kadar cinta yang layak dalam keinginan
mereka akan hal itu, dan karenanya, hati mereka takkan berputus asa, kendati
mereka jumpai berbagai hambatan atau bahkan terkulaikan oleh hebatnya
ibadah mereka sampai datangnya kematian. Ia melakukan ini berdasarkan
kelembutan, kasih sayang dan kehormatan, juga untuk melatih agar hati mereka
lembut, karena Dia bijaksana, mengetahui, lembut terhadap mereka.
Diriwayatkan, bahwa Nabi saw. Sering berkata kepada Hadhrat Bilal sang
muadzin: "Wahai Bilal, gembirakanlah hati kami," Maksud beliau, hendaklah ia
serukan azan agar beliau bisa shalat, guna merasakan perwujudan-perwujudan
rahmat Ilahi, sebagaimana telah kita bicarakan. Itulah sebabnya Nabi saw
bersabda: "Dan mataku sejuk, bila aku shalat."

Risalah kesepuluh

Ia bertutur: Sungguh tiada sesuatu, kecuali Allah, sedang dirimu adalah tandanya.
Kedirian manusia bertentangan dengan Allah. Segala suatu patuh kepada Allah
dan milik Allah, demikian pula dengan kedirian manusia, sebagai makhluk
sekaligus milikNya. Kedirian manusia itu pongah, darinya tumbuh dambaan-
dambaan palsu. Nah, jika kau menyatu dengan kebenaran, dengan
menundukkan dirimu sendiri, maka kau menjadi milik Allah dan menjadi musuh
dirimu sendiri. Allah telah bersabda kepada Nabi Daud as: "Wahai Daud, Akulah
tujuan hidupmu, yang tak mungkin kau elakkan. Karenanya berpegangteguhlah
kepada tujuan yang satu ini; beribadahlah sebenar-benarnya, sampai kau
menjadi lawan keakuanmu, semata-mata karena Aku." Maka keakrabanmu
dengan Allah dan pengabdianmu kepadaNya menjadi kenyataan. Lalu kau
peroleh bagianmu nan suci sungguh menyenangkan. Dengan demikian kau
dicintai dan terhormat, dan segala sesuatu mengabdi dan takut kepadamu,
karena semua tunduk kepada Tuhan mereka, dan selaras denganNya, karena Dia
adalah Pencipta mereka, dan mereka mengabdi kepadaNya.

Firman Allah: "Dan tak ada sesuatu pun melainkan bartasbih memujiNya, tetapi
kamu tak mengerti tasbih mereka." (QS 17:44). Maka segala sesuatu di alam raya
ini menyadari keridhaanNya, dan menaati perintah-perintahNya. Allah Yang Maha
Kuasa lagi Maha Agung berfirman: "Lalu Ia berkata kepadanya dan kepada bumi,
'Hendaklah kamu berdua datang dengan suka ataupun terpaksa', Keduanya
menjawab, 'Kami datang dengan suka hati.'" (QS 41:11). Jadi, segala pengabdian
kepadaNya terletak pada penentangan terhadap kedirian. Allah berfirman: "Dan
janganlah engkau turuti hawa nafsumu, karena ia akan menyesatkanmu dari
jalan Allah." (QS 38:26). Ia juga berfirman: "Hindarilah hawa nafsumu, karena
sesungguhnya tak ada sesuatu pun yang menentangKu di seluruh kerajaanKu,
kecuali nafsu jasmani manusia." Suatu ketika Abu Yazid Bustami bermimpi
bertemu Allah, dan bertanya kepadaNya: "Bagaimana cara menjumpaiMu ?"
JawabNya: "Buanglah keakuanmu dan berpalinglah kepadaKu". "Lalu", lanjut
sang Sufi, "aku keluar dari diriku bagai seekor ular keluar dari selongsong
tubuhnya." Jadi, segala kebajikan terletak pada memerangi kedirian dalam
segala hal dan segala keadaan. Karena itu, jika berada pada kesalehan,
tundukkanlah kedirian, hingga kau terbebas dari hal-hal terlarang dan syubhat *)
dari pertolongan mereka, dari ketergantungan kepada mereka, dari rasa takut
terhadap mereka atau dari rasa iri terhadap milikan duniawi mereka. (* Syubhat:
sesuatu yang meragukan ihwal halal atau haramnya). Lalu jangan mengharapkan
sesuatu dari mereka, baik hadiah, kemurahan, atau pun sedekah. Karenanya bila
kau bergaul dengan seorang kaya, jangan mengharapkan kematiannya demi
mewarisi hartanya,. Maka, bebaskanlah dirimu dari ikatan makhluk, dan
anggaplah mereka itu pintu gerbang yang membuka dan menutup., atau pohon
yang kadang berbuah dan kadang tidak. Ketahuilah, peristiwa semacam itu
terjadi oleh satu pelaksana, dirancang oleh satu perancang, dan Dialah Allah,
sehingga kau beriman pada Keesaan Allah.

Jangan pula melupakan upaya manusiawi, agar tak menjadi korban keyakinan
kaum fatalis (Jabariyyah), dan yakinlah bahwa tak suatu pun terwujud, kecuali
atas izin Allah Ta'ala. Karena itu, jangan Anda puja upaya manusiawi, karena yang
demikian ini melupakan Tuhan, dan jangan berkata bahwa tindakan-tindakan
manusia berasal dari sesuatu. Bila demikian, berarti kau tak beriman, dan
termasuk dalam golongan Qadariyah. Hendaknya kau katakan, bahwa segala aksi
makhluk adalah milik Allah, inilah pandangan yang telah diturunkan kepada kita
lewat keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah pahala dan
hukuman.

Dan laksanakan perintah-perintah Allah yang berkenaan dengan mereka
(manusia), dan pisahkanlah bagianmu sendiri dari mereka dengan perintahNya
pula, dan jangan melampaui batas ini, karena hukum Allah itu pasti
menentukanmu dan mereka; jangan menjadi penentu diri sendiri.
Kemaujudanmu bersama mereka merupakan takdirNya. TakdirNya merupakan
'kegelapan', maka masukilah 'kegelapan' ini dengan pelita sekaligus penentu;
yaitu Kitab Allah (Al Qur'an) dan Sunnah Rasul. Jangan tinggalkan kedua-duanya.
Tapi bila di dalam pikiranmu melintas suatu gagasan, atau kau menerima ilham,
maka tundukkanlah mereka kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul.

Bila kau dapati larangan dari Al Qur'an dan Sunnah Rasul tentang yang terlintas
pada benakmu dan yang kau terima melalui ilham, maka kau mesti menjauhi
gagasan dan ilham semacam itu. Yakinilah bahwa gagasan dan ilham itu berasal
dari setan yang terlaknat. Dan jika Kitab Allah dan Sunnah Rasul membolehkan
gagasan dan ilham itu - semisal pemenuhan keinginan-keinginan yang
dibolehkan hukum, seperti makan, minum, berpakaian, menikah, dan lain-lain -
maka jauhilah pula gagasan dan ilham itu, jangan menerimanya. Ketahuilah, hal
itu merupakan dorongan hewanimu, karenanya, tentanglah dan musuhilah hal
itu.

Bila kau dapati tiadanya larangan atau pembolehan di dalam Kitab Allah dan
Sunnah Rasul, tentang yang kau terima, dan kau tak mengrti -semisal kau diminta
pergi ke tempat tertentu, atau menemuhi seseorang yang saleh, padahal melalui
karunia ilmu dan pencerahan dari Allah kepadamu, kau tak perlu pergi ke tempat
itu, atau menemui si orang saleh itu maka bersabarlah, jangan dulu melakukan
sesuatu, dan bertanyalah kepada dirimu sendiri: "Benarkah ini ilham dari Allah
dan mesti aku laksanakan ?" Adalah Sunnah Allah, mengulang-ulang ilham
semacam itu, dan memerintahkanmu untuk segera berupaya atau menyibakkan
isyarat semacam itu bagi para ahli hikmah - suatu isyarat yang hanya bisa
dimengerti oleh para wali yang arif dan para badal yang teguh. Karena itu, kau
mesti tak segera berbuat, sebab kau tak tahu akibat dan tujuan akhir urusan,
cobaan, bahaya dan sesuatu rancangan gaib dariNya.

Maka bersabarlah, sampai Allah Sendiri melakukannya bagimu. Bila tindakan itu
atas kehendakNya, dan kau diantarkn ke maqam itu, maka bila cobaan
menghadangmu, kau akan melewatinya dengan selamat, karena Allah takkan
menghukummu atas tindakan yang dikehendakiNya sendiri, namun Ia akan
menghukummu atas keterlibatan langsungmu dalam kemaujudan suatu hal.

Menaati perintah itu meliputi dua hal. Pertama, mengambil dari sarana
penghidupan duniawi sebatas keperluanmu, dan mesti menghindari segala
pemanjaan kesenangan jasmani, rampungkanlah semua tugas-tugasmu, dan
ikatlah dirimu kepada penghalauan segala dosa, yang nyata dan yang
tersembunyi. Kedua, berhubungan dengan perintah-perintah-perintah
tersembunyi, yakni Allah tak menyruh hambaNya untuk mengerjakan sesuatu,
dan tak pula melarangnya. Perintah seperti ini berkaitan dengan hal-hal yang
padanya tak ada hukum yang jelas; yakni hal-hal yang tak tergolong terlarang
dan tak terwajibkan, dengan kata lain 'tak jelas', yang di dalamnya manusia
diberi kebebasan penuh untuk bertindak, dan hal ini disebut mubah. Dalam hal
ini tak boleh mengambil prakarsa, tetapi menunggu perintah yang bertalian
dengannya. Bila menerima perintah itu, ia taati. Dengan demikian semua gerak
dan diamnya menjadi demi Allah.

Jika ada kejelasan hukumnya, ia bertindak selaras dengannya. Bila tak ada
kejelasan hukumnya, ia bertindak atas dasar perintah-perintah tersembunyi.
Melalui ini, ia menjadi seteguh orang memperoleh hakikat. Bila kau telah sampai
pada kebenarannya kebenaran, yang disebut pencelupan (mahwu) atau
peleburan (fana), berarti kau berada pada maqam badal yang patah hati demi
Dia, suatu keadaan yang dimiliki muwahhid, oarang yang tercerahkan ruhaninya,
orang arif, yang adalah amir para amir, pengawas dan pelindung umat, khalifah
dati Yang MahaPengasih, kepercayaanNya (alaihimussalam).

Untuk menaati perintah, kau harus melawan kedirianmu, dan bebas dari
ketergantunagn kepada segala kemampuan dan kekuatan, dan mutlak harus
terhindar dari segala kemauan dan tujuan duniawi dan ukhrawi. Dengan
demikian, kau menjadi abdi Sang Raja, bukan abdi kerajaanNya, bukan abdi
perintahNya, bukan pula abdi kedirian. Kau seperti bayi dalam asuhan alam, atau
mayat yang dimandikan, atau pasien tak sadarkan diri di hadapan sang dokter,
dalam segala hal yang berada di luar wilayah perintah dan larangan.

Monday, December 08, 2008 | 0 Comments

Dec
08
" Wasiat Syekh Abdul Qadir Jailani rah.a "
Posted by owner Labels: Waliyullah

Futhuuhul Ghaib (Penyingkap Kegaiban)
Mutiara Karya Syeikh Abdul Qadir Jailani
"...(wacana-wacana ini) diilhamkan kepadaku dari khazanah dunia ghaib.."
RISALAH KE-11 SAMPAI DENGAN KE-20

Risalah kesebelas

Ia bertutur:

Apabila timbul di dalam benakmu keinginan untuk kawin, padahal kau fakir dan
Miskin, dan kau tak mampu memenuhinya, maka bersabarlah dan berharaplah
Senantiasa akan kemudahan dari-Nya, yang membuatmu berkeinginan seperti
Itu, atau yang mendapati keinginan semacam itu di dalam hatimu, niscaya Ia
Akan menolongmu, (entah dengan menghilangkan keinginan itu darimu) atau
dengan memudahkanmu menanggung beban hidupmu itu, dengan
mengaruniaimu kecukupan, mencerahkanmu dan memudahkanmu di dunia dan
akhirat. Lalu Allah akan menyebutmu sabar dan mau bersyukur, karena
kesabaranmu dan keridhaanmu atas ketentuan-Nya. Maka ditingkatkan-Nya
kesucian dan kekuatanmu. Dan Allah berjanji untuk senantiasa menambah
karunia-Nya atas orang-orang yang bersyukur, sebagaimana firman-Nya :
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Maka bersabarlah, tentanglah hawa nafsumu, dan berpegang teguhlah pada
perintah-perintah-Nya. Ridhalah atas takdir Yang Maha Kuasa, dan berharaplah
akan ridha dan karunia-Nya. Sungguh Allah sendiri telah berfirman: "Hanya orang-
orang yang bersabarlah yang akan menerima ganjaran mereka tanpa batas." (QS.
Az Zumar : 10)

Risalah kedua belas

Ia bertutur:

Apabila Allah Yang Maha Agung melimpahimu kekayaan, dan kekayaan itu
memalingkanmu dari kepatuhan kepadaNya, niscaya Ia memisahkanmu dari Nya
di dunia dan di akhirat. Mungkin juga Ia mencabut karuniaNya darimu,
menjadikanmu papa dan melarat, sebagai hukuman atas kepalinganmu dari
Sang Pemberi, dan keterpesonaanmu akan karuniaNya.

Tetapi, bila kau senantiasa patuh kepadaNya, dan tak terpengaruh oleh kekayaan
itu, Allah akan menambahkan karuniaNya kepadamu, dan sedikit pun takkan
menguranginya. Harta adalah abdimu, dan kau adalah abdi Sang Raja. Karena itu,
hidup di dunia ini berada di bawah kasih sayangNya, dan hidup di akhirat
terhormat dan abadi, bersama-sama para shiddiq, para syahid, dan para shaleh.

Risalah ketigabelas

Ia bertutur:

Jangan berupaya menjarah sesuatu rahmat, dan jangan pula berupaya menangkis
datangnya sesuatu bencana. Rahmat akan datang kepadamu jika ia sudah
ditakdirkan untukkmu, baik kau suka atau pun tak suka. Bencana akan
menimpamu, jika itu takdir bagimu, entah suka atau tak suka, dan kau coba
menangkisnya dengan do'a, atau menghadapinya dengan kesabaran dan
keteguhan hati demi mendapatkan keridhaanNya.

Berpasrahlah dalam segala hal, agar Ia bertindak malalui dirimu. Jika itu suatu
rahmat, bersyukurlah. Dan jika itu suatu bencana, bersabarlah, atau coba
tumbuhkanlah kesabaran dan keterikatan dengan Allah dan keridhaanNya.

Atau coba rasakanlah rahmatNya di dalam bencana ini, atau menyatulah sedapat
mungkin denganNya lewat hal ini, lewat semua sarana spiritual yang kau miliki.
Di dalamnya, kau akan digerakkan dari satu maqam ke maqam yang lain dalam
perjalananmu menuju Allah, yaitu dalam upaya menaati dan berakrab dengan
perintah sehingga kau dapat berjumpa dengan yang Maha Besar.

Lalu, kau ditempatkan di maqam yang sebelumnya telah dicapai oleh para
Shiddiq, para syahid dan para shaleh. Maknanya, kau mencapai keakraban
sedemikian rupa dengan Allah hingga memungkinkanmu melihat maqam orang-
orang yang telah mendahuluimu menghadap Sang Raja, Penguasa Kerajaan yang
Agung, dan orang-orang yang dekat denganNya dan telah menerima segala
kenyamanan, kesenangan, keamanan, kehormatan dan rahmat dariNya.

Biarkanlah bencana itu datang, dan jangan rintangi jalannya. Jangan
menghadapinya dengan doa. Jangan merasa gundah atas kedatangan dan
penghampirannya, karena panas apinya tak lebih mengerikan daripada kobaran
api neraka.

Mengenai manusia terbaik, dan yang terbaik di atas bumi, dan di kolong langit
ini, Rasulullah Muhammad saw, diriwayatkan, bersabda: "Sungguh, api neraka
akan berseru kepada orang-orang beriman 'Wahai mu'min, cepatlah berlalu
karena cahayamu mematikan nyala apiku' ".

Nah, bukanlah nur seorang mu'min yang mematikan nyala api neraka itu, adalah
cahaya yang kita temui padanya di dunia ini, dan yang membedakan yang patuh
kepada Allah dan yang kafir ? Cahaya inilah yang memadamkan kobaran bencana.
Sedang kesejukan kesabaranmu dan kepatuhanmu kepada Allahlah yang
memadamkan panas yang bakal menimpamu.

Jadi, bencana yang menimpamu bukanlah untuk menghancurkanmu, tapi
mencobaimu, mengukuhkan imanmu, menguatkan pilar-pilar keyakinanmu, dan
memberimu secara rohani, kabar baik dariNya tentang kehendakNya atasmu.
Allah berfirman : "Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar
Kami mengetahui orang-orang yang berjihat dan bersabar di antaramu; dan agar
kami nyatakan hal ihwal kalian. " (QS: 47:31).

Nah, bila keimananmu dengan Allah terbukti dan sedemikian sesuai dengan
ketentuanNya - dan hal ini berkat pertolonganNya - maka kau meski tetap
bersabar, serasi denganNya dan penuh taat kepadaNya. Jangan biarkan segala
pelanggaran terhadap perintah dan laranganNya, baik oleh dirimu sendiri
maupun orang lain. Bila datang perintahNya, dengarkanlah dengan seksama dan
segeralah melaksanakannya. Bertindaklah, jangan diam, jangan pasif di hadapan
takdir Yang Maha Kuasa, tapi curahkanlah kekuatanmu dan berupayahlah
memenuhi perintah itu.

Jika kau tak mampu melaksanakan perintah itu, jangan membuang-buang waktu,
segeralah kembali kepada Allah. Berlindunglah kepadaNYa, rendahkanlah dirimu
di hadapanNYa, mohonlah ampunanNya. Coba carilah sebab ketakmampuanmu
melaksanakan perintahNya, dan untuk terjauhkan dari berbangga atas
kepatuhanmu kepadaNya. Mungkin ketakmampuanmu ini disebabkan oleh
prasangka-prasangka buruk, atau oleh sikap tak layakmu dalam kepatuhanmu
kepadaNya atau oleh kebanggaanmu, atau oleh kebertumpuanmu pada daya
upayamu sendiri, atau oleh perbuatanmu sendiri menyekutukanNya dengan
dirimu sendiri atau dengan makhlukNya. Akibatnya, Ia menjauhkanmu dari
pintuNya dan menolak kepatuhanmu kepadaNYa. Lalu Ia tutup pinti pertolongan
bagimu, Ia palingkan kemurahan wajahNya dari dirimu. Ia menjadi marah
kepadaMu, dan menjauhkan diri darimu. DibiarkanNya, kau sibuk dengan cobaan-
cobaanmu di dunia ini, dengan kedirianmu. Tak tahukah kau, bahwa hal ini
membuatmu lupa akan Tuhanmu, dan menutupimu dari penglihatanNya, Ia yang
telah menciptakanmu, memeliharamu, dan mengaruniaimu sedemikian banyak
ni'mat. Waspadalah agar segala sesuatu selain Allah ini tak memisahkanmu
dariNya. Maka, jangan mengutamakan sesuatu selain Allah, sebab Dia
menciptakanmu semata-mata untuk beribadah kepadaNya. Maka janganlah
berlaku aniaya terhadap diri sendiri, sehingga tersibukkan oleh segala yang
bukan perintahNya. Yang demikian itu, memjerumuskanmu ke dalam api neraka
yang bahan bakarnya manusia dan bebatuan, dan kau pasti menyesal, tapi
penyesalanmu tiada guna dan kau berdalih, tapi tiada dalih yang diterima. Kau
menangis minta pertolongan, tapi takkan ada pertolongan. Kau mencoba
menyenangkan Allah, tapi sia-sia.

Kau minta dikembalikan di dunia, untuk mempersiapkan bekal dan menebus
kesalahan, tapi sia-sia. Kasihanilah dirimu, dan gunakanlah segala sarana untuk
mengabdi kepada Tuhanmu, seperti akalmu, keimananmu, kecerahan ruhanimu,
dan ilmu yang dikaruniakan kepadamu. Dan berupayalah menerangi
lingkunganmu dengan cahaya ini semua di tengah-tengah kehampaan tujuan.
Pegang teguhlah semua perintah dan larangan Allah, dan lewatilah, di bawah
petunjuk keduanya, jalan menuju Tuhanmu, Ia yang telah menciptakan dan
menumbuhkanmu. Jangan kufur ni'mat kepadaNya, Ia yang telah
menciptakanmu dari debu, dan dari setetes mani dijadikanNya kau seorang
manusia sempurna. Janganlah menghendaki yang bukan perintahNya, dan
jangan menganggap sesuatu itu buruk, bila tak tegas-tegas diharamkanNya. Bila
kau serasi dengan perintahNya, seluruh makhluk hormat kepadamu. Bila kau
menghinakan segala yang dilarang oleh Allah, maka segala yang tak nampak lari
menjauhimu, di manapun kau berada. Allah telah berfirman : " Wahai bani Adam,
Akulah Allah, tak ada illah(sesembahan) selain Aku. Bila Aku katakan 'Jadilah',
maka ia akan maujud. Patuhilah Aku, maka akan Kusempurnakan kamu, sehingga
bila kau berkata 'Jadilah', ia akan maujud. "

"Wahai bumi, hormatilah orang-orang yang memujiku, dan susahkanlah orang-
orang yang memujamu."

Maka, bila datang sesuatu yang diharamkanNya, berlakulah bagai seorang yang
lunglai sendi-sendi tulangnya, yang kehilangan kekuatan jasmaninya, yang
remuk hatinya, yang tak bergairah, yang terlepas dari pesona-pesona duniawi
dan dari segala nafsu hewani, bak pelataran gelap nantak terurus, bak gedung
tak berpenghuni yang atapnya sudah jebol, yang didalamnya tak ada jejak-jejak
kemaujudan hewani. Berlakulah bagai seorang tuli sejak lahir, bagai seorang
buta sejak lahir, seakan bibirmu penuh bengkak nan ngeri, seakan lidahmu bisu
dan kasar, seakan gigimu bernanah penuh nyeri dan tanggal, seakan kedua
tanganmu lumpuh dan tak kuasa memegang sesuatupun, seakan kakimu
gemetar dan penuh luka, seakan kemaluanmu lumpuh seolah perutmu
kekenyangan, seakan akalmu gila, dan tubuhmu seakan mayat tengah diangkut
ke kubur.

Maka, kau mesti segera mendengarkan dan menunaikan semua perintahNya,
sebagaimana kau mesti enggan tak bergairah terhadap semua yang
diharamkanNya, dan berlaku bagai mayat, pasrahlah terhadap ketentuanNya.
Nah, reguklah sirup ini, ambillah obat ini, dan aturlah makanmu, agar kau
terbebas dari kedirian, sembuhkanlah dirimu dari segala penyakit dosa, dan
lepaskanlah dirimu dari belenggu nafsu, dan dengan demikian terperbaruilah
dirimu menjadi pribadi yang ruhaninya sehat dan sempurna.

Risalah keempatbelas

Ia bertutur:

Wahai budak nafsu! Jangan mengkalim bagi dirimu sendiri maqam para rabbani.
Kau adalah pemuja nafsu, sedang mereka adalah penyembah Allah. Dambaanmu
adalah dunia, sedang dambaan mereka adalah akhirat. Matamu hanya melihat
dunia ini, sedang mata mereka melihat Tuhan bumi dan langit. Kau pencinta
ciptaan, sedang mereka pencinta Allah. Hatimu terpaut pada yang di bumi,
sedang hati mereka trpaut pada Tuhan Arsy. Kau adalah korban segala yang kau
lihat, sedang mereka tak melihat segala yang kau lihat. Mereka hanya melihat
sang Pencipta segalanya, yan gtak mungkin terlihat (oleh mata-mata ini). Orang-
orang ini meraih tujuan hidup mereka, dan keselamatan mereka terjamin,
sedang kau tetap menjadi korban nafsu duniawi.

Orang-orang ini lepas dari ciptaan, nafsu duniawi dan kedirian. Dengan
demikian, mereka melicinkan jalan bagi penghampiran mereka kepada Tuhan
Yang Mahabesar, yang menganugerahi mereka kekuatan untuk meraih
kemaujudan yang baik; kepatuhan kepada Tuhan. Inilah ridha Allah, yang
dianugerahkan-Nya kepada yang dikehendaki-Nya. Mereka jadikan taat dan
pemujaan sebagai kewajiban mereka, dan kukuh dalam keduanya dengan
bantuan-Nya tanpa mengalami kesulitan. Maka kepatuhan, dapat dikatakan,
menjadi jia dan keseharian mereka.

Akhirnya, dunia menjadi rahmat dan menyenangkan bagi mereka, bagai surga
laiknya. Sebab, bila mereka melihat sesuatu, mereka melihat dibalik sesuatu itu
penciptaan-Nya. Maka orang-orang ini memberi daya kepada bumi dan lelangit
dan menyenangkan bagi yang mati dan yang hidup. Karena Tuhan mereka telah
menjadikan mereka pasak bumi. Mereka bagai gunung-gunung yang berdiri
kukuh. Orang-orang ini adalah yang terbaik di anatara yang telah diciptakan dan
ditebarkan-Nya di dunia ini. Semoga kedamaian dari Allah melimpahi mereka,
juga salam dan rahmat-Nya, selama bumi dan lelangit maujud.

Risalah kelimabelas

Ia bertutur:

Aku melihat dalam mimpi seolah aku berada di suatu tempat seperti masjid,
yang di dalamnya ada beberapa orang menjauh dari manusia-manusia lain. Aku
berkata kepada diriku: "Jika si anu hadir di sini, tentu ia bisa mendisiplinkan
orang-orang ini, dan memberi mereka petunjuk yang benar, dan seterusnya",
lalu terbayang olehku seorang yng saleh tengah dikerumuni mereka, dan salah
seorang dari mereka bertanya: "Kenapa Anda diam ?" Jawabku: "Jika kalian
berkenan, aku akan bicara". Lanjutku, "Jika kalian menjauh dari orang-orang
demi kebenaran, jangan meminta sesuatu pun dengan lidah kepada manusia.
Jika kau berhenti meminta secara demikian, maka jangan meminta sesuatu pun
kepada mereka, hatta di dalam benak, sebab meminta di dalam benak sama saja
dengan meminta dengan lidah. Dan ketahuilah, setiap hari Allah selalu kuasa
mungubah, mengganti, meninggikan dan merendahkan (orang-orang). Ia
naikkan derajat beberapa orang. Lalu, mereka yang telah dinaikkan-Nya ke
derajat tertinggi, diancam-Nya bahwa Ia bisa menjatuhkan mereka ke derajat
terendah, dan diberi-Nya mereka harapan bahwa Ia akan memelihara mereka di
tempat terpuji itu. Sedang mereka yang telah dilemparkan-Nya ke derajat
terendah, diancam-Nya dengan kehinaan nan abadi, dan diberi-Nya mereka
harapan dinaikkan ke derajat tertinggi." Kemudian aku terjaga dari mimpiku.

Risalah keenambelas

Ia bertutur:

Tak ada yang menjauhkanmu dari ridha dan rahmat-Nya, kecuali
ketergantunganmu kepada manusia, sarana-sarana keterampilan, akal dan
perolehan. Manusia termasuk pengalang bagimu dalam mencari rizki yang sesuai
dengan sunnah Rasul, semisal bekerja mencari nafkah. Selama bergantung pada
manusia, selama itu pula kau mengharapkan kesudian dan uluran tangan
mereka, bahkan kau meminta dengan beribahati di depan pintu rumah mereka.
Perbuatan seperti ini termasuk syirik, karena kau menyekutukan Ia dengan
makhluk-Nya. Setimbal dengan (dosa besarmu) itu, kau dihukum dengan
pencabutan sumber rizkimu, semisal kehilangan pekerjaan yang halal. Bila kau
campakkan ketergantungan dan pengemisanmu kepada mereka dan berlindung
kepada mata pencaharianmu, hidup dengannya, dan lupalah kamu akan ridha
Allah, maka hal ini juga termasuk syirik, malah lebih berbahaya dari yang
pertama, karena kemusyrikan semacam ini halus sekali sehingga sulit dilihat.
Tentu, Allah akan menghukummu atas kedurhakaanmu ini, dengan makin
menjauhkanmu dari ridha-Nya.

Bila telah berpaling dari kesesatan semacam itu, membuang jauh-jauh segala
kemusyrikan dari kahidupan, dan mencampakkan semua ketergantungan
kepada mata pencaharian dan kemampuan diri, dan yakin hanya Dialah Pemberi
Rizki, Pencipta segala kemudahan, Pemberi kekkuatan untuk mencari nafkah,
Pemberi segala kebaikan, dan bahwa rizki sepenuhnya berada di tangan-Nya,
maka rizki itu kadang dilimpahkan-Nya kepadamu melalui orang lain, kala kau
mendapat musibah dan sedang berupaya mengatasinya. Kadang rizki itu datang
kepadamu melalui upahmu dari bekerja, kadang rizki itu datang kepadamu
melalui ridha-Nya, hingga kau tak melihat sebab dan perantaranya.

Nah, berpalinglah kepada-Nya, campakkanlah segera di hadapan-Nya kedirian,
maka diangkat-Nya tabir pengalang antara kau dan ridha-Nya, dan dibuka-Nya
pintu-pintu rizki dengan ridha-Nya, seperti seorang dokter merawat pasiennya -
sebagai perlindungan-Nya atasmu, agar kau tak menyimpang. Sungguh Ia
menyayangimu dengan limpahan ridha-Nya.

Nah, bila telah diusir-Nya dari hatimu kedirian dan kesenangan, maka tinggallah
di sana kehendak-Nya semata. Lalu, bila Ia ingin memberikan bagianmu
kepadamu, yang tak mungkin lepas dari tanganmu, dan memeng bukan hak
orang lain, maka ditimbulkan-Nya di dalam hatimu keinginan untuk meraih
bagianmu, dan diserahkan-Nya ke tanganmu kala kau membutuhkannya. Lalu,
diberi-Nya kau kemampuan mensyukuri nikmat tersebut. Kau akan selalu
disadarkan-Nya kepadamu sebagai bagianmu. Untuk itu, kau mesti menyadarinya
dan bersyukur kepada-Nya. Semua ini meneguhkanmu dalam menjauhi manusia,
dan mengosongkan hatimu dari segala selain Allah.

Bila hikmah ilmumu tinggi, keyakinanmu teguh, hatimu tercerahkan, maqam
derajatmu makin dekat dengan-Nya, maka kau diberi-Nya kemampuan "melihat
ke depan", sebagai tanda kerelaanmu dan sebagai penghargaan atas harkatmu.
Ini hanyalah sebagian dari keridhaan-Nya, sebagai rahmat dan petunjuk-Nya,
sebagai rahmat dan petunjuk-Nya. Allah telah berfirman: " Dan kami jadikan ia
(al-Kitab) itu petunjuk bagi Bani Israil. Dan Kami jadikan di antara mereka itu,
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika
mereka sabar, dan meyakini ayat-ayat kami." (QS.32:23-24). "Dan orang-orang
yang berjihad demi Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-
jalan Kami." (QS.29:69) Dan takutlah kepada Allah, niscaya Ia mengajarimu, dan
memberimu kemampuan untuk mengawasi semesta alam, dengan izin yang
jelas, yang tiada kegelapan di dalamnya, dan dengan tanda yang nyata, yang
terang benderang bagai sang surya, dan dengan tutur kata yang manis, yang
lebih menarik dari segala apa pun, dan dengan ilham yang benar, yang tak
sedikit pun mengandung kekaburan, yang bersih dari dorongan setan dan dari
rayuan iblis yang terkutuk.

Allah berfirman:
"Wahai Bani Adam, Akulah Allah, tak sesuatu pun layak dipuja kecuali Daku. Aku
berfirman 'Jadilah', ia pun akan maujud. Taatilah Aku, niscaya kau akan Kubuat
sedemikian rupa, sehingga jika berseru 'jadilah', ia pun akan maujud." Dan Ia
telah membuat ihwal serupa ini kepada beberapa Rasul-Nya, beberapa wali-Nya,
dan orang-orang yang sangat diridhai-Nya di antara hamba-hamba-Nya.

Risalah ketujuhbelas

Ia bertutur:

Bila 'bersatu' dengan Allah dan mencapai kedekatan dengan-Nya lewat
pertolongan-Nya, maka makna hakiki 'bersatu' dengan Allah ialah berlepas diri
dari makhluk dan kedirian, dan sesuai dengan kehendak-Nya, tanpa gerakmu,
yang ada hanya kehendak-Nya. Nah, inilah keadaan fana (peluruhan), dan
dengannya itulah 'manunggal' dengan Tuhan. 'Bersatu' dengan Allah tentu tak
sama dengan bersatu dengan ciptaan-Nya. Bukanlah Ia telah menyatakan: "Tak
ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Mahamendengar lagi
Mahamelihat." (QS. 42:11)

Allah tak terpadani oleh semua ciptaan-Nya. 'Bersatu' dengan-Nya lazim dikenal
oleh mereka yang mengalami kebersatuan ini. Pengalaman mereka berlainan,
dan khusus bagi mereka sendiri.

Pada diri setiap Rasul, Nabi dan wali Allah, terdapat suatu rahasia yang tak dapat
diketahui oleh orang lain. Sering terjadi, seorang murid menyimpan suatu
rahasia yang tak diceritakannya kepada sang syaikh, dan sebaliknya sang syaikh
kadang merahasiakan sesuatu yang tak diketahui si murid, kendati mungkin
suluk si murid sudah mendekati ambang pintu maqam ruhani sang syaikh, ia
terpisah dari syaikh-nya, dan Allahlah yang menjadi pembimbingnya. Allah
memutuskan hubungannya dengan ciptaan.

Dengan demikian, sang syaikh menjadi bagai seorang inang pengasuh yang
berhenti menyusui sang bayi setelah dua tahun. Tiada lagi baginya hubungan
dengan ciptaan, setelah lenyapnya kedirian. Sang syaikh diperlukan, selama si
murid masih terbelenggu kedirian, yang mesti dihancurkan. Tapi, begitu
kelemahan manusiawi ini musnah, maka pada dirinya tak ada lagi noda dan
kerusakan, dan ia tak lagi membutuhkan sang syaikh.

Jadi, bila sudah 'bersatu' dengan Allah sebagaimana yang digambarkan di atas,
kau bersih dari segala selain Allah. Tak kau lihat lagi sesuatu pun kecuali Allah, di
kala suka maupun duka, ketakutan maupun berharap, kau hanya menjumpai Dia,
Allah SWT, yang patut kau takuti, yang layak kau mintai perlindungan-Nya. Nah,
perhatikan senantiasa kehendak-Nya, dambakanlah perintah-Nya, dan pautuhlah
selalu kepadanya-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Jangan biarkan hatimu
tertambat pada salah satu ciptaan-Nya.

Pandanglah semua ciptaan bagai orang yang ditahan oleh Raja sebuah kerajaan
besar, lalu sang raja merantai leher dan kedua lengannya, menyalibkannya pada
sebatang pohon pinus yang berada di tebing sungai berarus deras,
bergelombang dan amat dalam. Sementara itu sang Raja duduk di atas
singgasana yang tinggi, bersenjatakan lembing, panah, dan berbagai senjata
bidik. Lalu mulailah sang raja mengarahkan dan membidikkan salah satu senjata
bidiknya kepada si tawanan. Dapatkah kita hargai orang yang melihat ini semua,
dan memalingkan penglihatannya dari sang raja, sama sekali tak takut kepada
raja itu, tak berharap kepadanya, tak iba kepada tawanan itu dan tak
memohonkan ampunan untuknya? Bukankah, menurut pertimbangan akal sehat,
orang semacam ini tergolong tolol, gila, tak berbudi, dan tak manusiawi?

Nah, berlindunglah kepada Allah dari kebutaan hati, sesudah memiliki bashirah (
mata hati), dari keterpisahan sesudah 'bersatu', dari keterasingan sesudah
keakraban, dari ketersesatan sesudah memperoleh petunjuk, dan dari kekufuran
sesudah beriman.

Dunia ini bak sungai besar berarus deras. Setiap hari airnya bertambah, dan itulah
perumpamaan nafsu hewani manusia dan segala kesenangan duniawi. Sedang
anak panah dan berbagai senjata bidik, melambangkan ujian hidup manusia.
Jelaslah, unsur-unsur yang menguasai kehidupan manusia yaitu berbagai cobaan
hidup, musibah, penderitaan, dan semua upaya mengatasinya. Bahkan semua
karunia dan nikmat yang diterimanya, dibayang-bayangi oleh berbagai musibah.

Oleh karena itu, bila seorang cerdik-cendekia sudi menyigi masalah ini terus-
menerus, maka ia akan memperoleh pengetahuan tentang hakikat, bahwa tak
ada kehidupan sejati kecuali kehidupan akhirat. Rasulullah saw. Bersabda: "Tak
ada kehidupan selain kehidupan di akhirat." Ihwal semacam ini benar-benar
terbukti bagi seornag Mukmin, sesuai dengan sabda Nabi saw.: "Dunia ini adalah
penjara bagi seorang Mukmin dan surga bagi seorang kafir."

Beliau juga bersabda: "Orang saleh terkekang." Bagaimana bisa hidup enak di
dunia ini, bila diingat hal ini? Sesungguhnya, kenyamanan hakiki terletak pada
hubungan sempurna dengan Allah SWT, penyerahan diri sepenuhnya kepada-
Nya. Bila kau lakukan hal ini, niscaya kau terbebas dari dunia ini, dan kepadamu
dilimpahkan rahmat, kebahagiaan, kebajikan, kesejahteraan, dan keridhaan-Nya.

Risalah kedelapanbelas

Ia bertutur:

Janganlah kau mengeluh tentang sesuatu bencana yang menimpamu kepada
siapa pun, baik kepada kawan maupun lawan. Jangan pula menyalahkan
Tuhanmu atas semua takdir-Nya bagimu, dan atas ujian yang ditimpakan-Nya
atasmu. Beritakanlah semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya atasmu.
Beritakanlah semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepadamu, dan segala puji
syukur atas semua itu. Kedustaanmu menyatakan puji syukurmu atas sesuatu
rahmat yang sesungguhnya belum datang kepadamu, lebih baik ketimbang
cerita-ceritamu perihal kepedihan hidup. Adakah ciptaan yang sunyi dari rahmat-
Nya? Allah SWT berfirman: "Dan jika kamu hitung nikmat-nikmat Allah, kamu
takkan sanggup menghitungnya." (QS. 14:34) Betapa banyak nikmat yang telah
kau terima, dan tak kau sadari! Jangan meresa senang dengan ciptaan, jangan
menyenanginya, dan jangan menceritakan hal ihwalmu kepada siapa pun.
Cintamu harus kautujukan hanya kepada-Nya, merasa senanglah dengan-Nya dan
mengeluhlah hanya kepada-Nya.

Jangan kau lihat orang lain, karena mereka tak memberi manfaat dan mudharat.
Segala suatu adalah ciptaan-Nya, di tangan-Nyalah sumber gerak atau diam
mereka. Kemaujudan mereka sampai detik ini pun semara-mata karena
kehendak-Nya. Dialah penentu derajat mereka. Barangsiapa dimuliakan-Nya,
maka takkan ada yang mampu menjadikannya hina. Dan barangsiapa dihinakan-
Nya, takkan ada yang mampu menjadikannya mulia. Jika Allah berkehendak
menimpakan keburukan atasmu, tak seorang pun sanggup mencegahnya, selain
Ia sendiri. Dan jika Ia berniat melimpahkan kebaikan, tak seorang pun sanggup
menahan turunnya rahmat-Nya. Nah, bila kau mengeluh terhadap-Nya, padahal
kau menikmati rahmat-Nya, kau tamak, dan menutup mata atas yang kau miliki,
maka Allah murka kepadamu, mencabut kembali nikmat-Nya darimu,
mewujudkan segala keluhanmu, melipatgandakan kesusahanmu, dan
memperhebat hukuman, kemurkaan dan kebencian-Nya kepadamu. Kau menjadi
terhinakan di mata-Nya.

Oleh karena itu, janganlah mengeluh sedikit pun, walau jasadmu digunting-
gunting menjadi serpihan-serpihan kecil daging. Selamatkanlah dirimu! Takutlah
kepada Allah! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah!

Sesungguhnya, sebagian besar musibah yang menimpa anak Adam, dikarenakan
oleh keluhan-keluhan mereka terhadap-Nya. Kenapa menyalahkan-Nya? Padahal
Ia Mahapengasih, Mahaadil, Mahasabar, Mahapengasih, Mahapenyayang, dan yang
lemah-lembut terhadap hamba-hamba-Nya, melebihi seorang dokter yang sabar,
pengasih, penyayang, ramah, yang juga kerabat si pasien. Dapatkah kau temui
sesuatu kesalahan pada diri seorang ayah atau ibu yang berhati mulia.

Nabi Suci saw., telah bersabda: "Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-
Nya ketimbang seorang ibu terhadap anaknya."

Wahai yang dirundung malang! Tunjukkanlah perilaku terbaik. Tunjukkanlah
kesabaranmu bila musibah menimpamu, meski kau tak berdaya karenanya.
Bersabarlah selalu, meski kau kepayahan dalam menyerahkan diri kepada-Nya.
Bertakwalah selalu kepada-Nya. Ridha dan rindulah kepada-Nya. Jika masih kau
temui kedirianmu, bergegaslah keluar darinya. Bila kau terhilang, dimanakah
kau'kan didapat? Dimanakah kau? Belumkah kaudengar firman Allah:
"Diwajibkan atas kamu berperang, sesungguhnya beperang itu sesuatu yang
kamu benci. Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan
mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Dan Allah Maha-
mengetahui, sedang kamu tak mengetahui." (QS>2:216).

Pengetahuan ihwal hakikat segala suatu tercabut dari hatimu dan tertutup dari
penglihatanmuolehtabir.Oleh karena itu, jangan berlebih-lebihan dalam
membenci ataupun mencintai sesuatu. Ikutilah segala ketentuan syariat dalam
segala keadaan, jika kau benar-benar saleh. Setelah kau jalani hal ini, maka
ikutilah semua perintah tentang wilayat, dan teguhlah selalu. Ridhalah atas
ketentuan-Nya dan berdamailah dengan kehendak-Nya. Dan, luruhlah ke dalam
keadaan badal, ghauts dan shiddig.

Bertolaklah senantiasa dari jalan nasib, jangan berdiri di tengah-tengahnya,
gantilah dirimu dan hasratmu (dengan kehendak-Nya), dan tahanlah lidahmu
dari segala keluhan. Bila hal ini telah kau jalani, maka Tuhanmu mengaruniamu
kebaikan berlimpah, kehidupan yang nyaman dan bahagia, dan melindungimu,
karena ketaatanmu kepada-Nya.

Bila di dalam diri manusia, bersarang berbagai dosa, noda dan kesalahan, maka
tak layak baginya bersama-Nya, sebelum ia bersih dari dosa-dosa. Tak seorang
pun dapat mencium ambang pintu-Nya, kecuali ia suci dari noda ujub,
sebagaimana tak seorang pun layak bersama raja, kecuali ia bersih dari noda dan
bau busuk. Nah, semua musibah tak lain adalah sarana penebus dan pembersih
diri. Nabi saw. Telah bersabda: "Demam sehari dapat menebus dosa sepanjang
tahun."

Risalah kesembilanbelas

Ia bertutur:

Bila kau lemah iman, bila dijanjikan kepadamu sesuatu, janji itu dipenuhi,
sehingga keimananmu tak sirna. Tapi, bila keyakinan dan kepastian ini jadi kuat
dan mantap di dalam hatimu, maka, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya
kamu pada hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi terpercaya di
sisi Kami." (QS.12:54), dan menjadilah kau salah seorang yang terpilih, bahkan
yang terpilih dari yang terpilih. Maka sirnalah tujuan maupun kehendak
pribadimu.

Lalu, kau seolah-olah sebuah bejana yang tak cairan pun bisa berada di atasnya,
sehingga tiada kedirian di dalam dirimu. Kau menjadi bersih dari segala selain
Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Kau menjadi ridha kepada-Nya,
kepadamu dijanjikan keridhaan-Nya, sehingga kau dapat menikmati dan
terahmati atas semua tindakan-Nya.

Maka kepadamu dijanjikan sesuatu, bila kau puas dengan (janji) itu, dan tanda
kepuasan ada padamu, maka kau dipindahkan-Nya ke janji lain yang lebih tinggi.
Dijadikan-Nya kau lebih terhormat, dan dianugerahkan-Nya kepadamu rasa
cukup-diri terhadap janji. Dibuka-Nya bagimu pintu-pintu hikmah, disingkapkan-
Nya bagimu misteri Ilahiah, kebenaran hakiki, makna perubahan janji-Nya. Dan
dalam maqam barumu, kau alami peningkatan kemampuan memelihara
keadaan ruhaniahmu.

Lalu, kepadamu dianugerahkan derajat ruhani, yang didalamnya dipercayakan
kepadamu rahasia-rahasia, dan kau alami perluasan dada, ketercerahan hati,
kefasihan lidah, derajat tinggi ilmu dan kecintaan. Maka kau menjadi kesayangan
semua makhluk, baik manusia maupun jin, dan makhluk-makhluk lainnya, di
dunia dan di akhirat. Bila kau menjadi 'pilihan' Allah, maka orang tunduk kepada-
Nya, cinta mereka berada di dalam cinta-Nya, dan kebencian mereka berada di
dalam kebencian-Nya. Dengan ini, kau telah diantarkan-Nya ke tempat yang
amat tinggi, dan di sana tak kau jumpai lagi kedirianmu akan segala benda.

Lalu, dibuat-Nya kau penuh hasrat terhadap sesuatu, maka nafsumu ini
dimusnahkan dan dilenyapkan, dan kau dipalingkan-Nya jauh-jauh dari
keinginan serupa itu lagi. Jadi, tak diberikan-Nya yang kau inginkan di dunia ini,
akan dilimpahkan kepadamu di akhirat kelak, sehingga meningkatkan
keakrabanmu dengan-Nya, dan menyejukkan kedua matamu di surga yang
tinggi, di dalam taman yang abadi.

Tapi, bila selama ini kau tak berhasrat terhadap sesuatu pun, tak berharap
kepada siapa pun, tak condong kepada apa pun - karena kau sadar bahwa
kehidupan di dunia ini hanya sementara, dan tipuannya menyesatkan yang
mencintainya - tapi, tujuanmu adalah sang Khalik, yang telah menciptakan,
mewujudkan, menahan dan melimpahkan segala suatu, yang telah
membentangkan bumi dan menegakkan langit, maka kepadamu dilimpahkan
segala yang kau butuhkan di dunia ini. Tentu saja, ini semua diberikan
kepadamu, setelah kau putus asa akibat dipalingkan dari semua hasrat duniawi,
dan sesudah kau merasa mantap akan kehidupan akhirat sebagaimana yang
telah kita bicarakan.

Risalah keduapuluh

Ia bertutur:

Nabi Suci Muhammad saw. Bersabda: "Campakkanlah segala yang menimbulkan
keraguan dibenakmu, tentang yang halal dan yang haram, dan ambillah segala
yang tak menimbulkan keraguan pada dirimu."

Bila sesuatu yang meragukan, maka ambillah jalan yang didalamnya tiada sedikit
pun keraguan dan campakkanlah yang menimbulkan keraguan. Nabi bersabda:
"Dosa menciptakan kekacauan dalam hati." Tunggulah, bila dalam keadaan
begini, perintah batin. Bila kau diperintahkan untuk mengambilnya, maka
lakukanlah sesukamu. Jika kau dilarang, maka jauhilah dan anggaplah itu
sebagai tak pernah maujud, dan berpalinglah ke pintu Allah, dan mintalah
pertolongan dari Tuhanmu.

Andaikata kau merasa kehabisan kesabaran, kepasrahan dan kefanaan, maka
ingatlah bahwa Dia SWT tak butuh diingat, Dia tak lupa kepadamu dan selainmu.
Ia yang Mahakuasa lagi Mahaagung memberikan rizki kepada para kafir, munafik
dan mereka yang tak mematuhi-Nya. Mungkinkah Dia lupa kepadamu, duhai
yang beriman, yang mengimani keesaan-Nya, yang senantiasa patuh kepada-Nya
dan yang teguh dalam menunaikan perintah-perintah-Nya siang dan malam.

Sabda Nabi Suci yang lain: "Campakkanlah segala yang menimbulkan keraguan di
benakmu, dan ambillah yang tak menimbulkan keraguan," memerintahkanmu
untuk melecehkan yang ada di tangan manusia, untuk tak mengharapkan
sesuatu pun dari manusia, atau untuk tak takut kepada mereka, dan untuk
menerima karunia Allah. Dan inilah yang takkan membuatmu ragu. Karena itu,
hanya ada satu, yang kepadanya kita meminta, satu pemberi dan satu tujuan,
yaitu Tuhanmu, Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung, yang di tangan-Nya kening
para raja dan hati manusia, yang adalah raja tubuh, berada - yaitu bahwa hati
mengendalikan tubuh - tubuh dan uang manusia adalah milik-Nya, sedang
manusia adalah agen dan kepercayaan-Nya.

Bila mereka menggerakkan tangan mereka kepadamu, hal itu atas izin, perintah
dan gerak-Nya. Begitu pula, bila karunia ditahan darimu. Allah SWT berfirman:
"Mintalah kepada Allah karunia-Nya."

"Sesungguhnya yang kau abdi selain Allah, tak memberimu sesuatu pun
karenaitu, mintalah karunia kepada Allah dan abdilah Dia dan bersyukurlah
kepada-Nya." "Bila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
sesungguhnya Aku sangat dekat; Aku menerima doa dari yang berdoa bila ia
Berdoa kepada-Ku." "Serulah Aku, maka Aku akan menyahutmu." "Sesungguhnya
Allah adalah Pemberi karunia, Tuhan kekuatan." "Sesungguhnya Allah
Memberikan karunia kepada yang dikehendaki-Nya tanpa batas.

Tidak ada komentar: